Teknologi informasi telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru,
interaksi baru, market place baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang
tanpa batas. Disadari betul bahwa perkembangan teknologi yang disebut
internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat, yaitu; interaksi
bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah memberikan
kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan / industri
maupun pemerintah. Hadirnya Internet telah menunjang efektifitas dan
efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana
komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi
yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau
lembaga lainya.
Konsep B to B (Busines to Business), B to C (Business to
Customer), telah banyak diterapkan oleh sebagian besar perusahaan di
dunia. Bahkan terakhir akan merambah ke sektor Government, dengan konsep
G to G (Government to Government), G to C (Governement to Customer),
serta G to B (Government to Business). Tingkat pertumbuhan pengguna
internet juga menunjukan angka yang sangat fantastik, bahkan internet
telah menjadi bagian kebutuhan dalam sebuah rumah tangga. Fenomena ini
menunjukan bahwa 5 sampai 10 tahun yang akan datang teknologi informasi
akan menguasai sebagian besar pola kehidupan masyarakat, badan usaha
maupun pemerintah.
Secara keseluruhan memang masih dapat dikatakan bahwa internet
relatif baru dikenal oleh masyarakat Indonesia dan frekuensi
pemakainyapun belum terlalu banyak. Namun perkembangan internet di
Indonesia telah menunjukan perkembangan yang signifikan.
Tabel Peningkatan Jumlah
Pelanggan dan Pengguna Internet
TAHUN |
PELANGGAN |
PENGGUNA |
1996 |
31000 |
110000 |
1997 |
75000 |
384000 |
1998 |
134000 |
512000 |
1999 |
256000 |
1000000 |
2000 |
760000 |
1900000 |
2001 |
1680000 |
4200000 |
Sumber: APJII
Namun dibandung dengan negara-negara asia yang lebih maju, seperti
Singapura, Taiwan dan hongkong, Indonesia masih ketinggalan jauh.
Indikasi yang kuat adalah masih terbatasnya jumlah pelanggan internet
yang baru berkisar 1.680.000 pelanggan sampai dengan tahun 2001 (APJII)
atau tidak lebih 5 persen dari total jumlah rumah tangga di perkotaan.
Dibandingkan dengan negara-negara Asia yang tersebut di atas, yang lebih
matang pasar internetnya seperti Singapore yang telah memiliki
pelanggan sebanyak 47,4 persen dari jumlah rumah tangga maka kondisi
pasar internet di Indonesia masih ketinggalan jauh. Sedangkan sebagai
pembanding yang lainnya adalah di Taiwan dan Hongkong yang masing-masing
40 persen dan 26,7 persen dari jumlah rumah tangga (Newsbyte, 2001).
Contoh lainnya adalah di China yang berpenduduk lebih dari satu milyar
telah memiliki tidak kurang dari 24 juta pemakai internet dengan tingkat
penetrasi mencapai 7 persen terhadap penduduk di atas usia 5 tahun
(Iamasia, 2001). Ditinjau dari gambaran statistik di atas maka tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat pengguna internet di
Indonesia masih baru taraf pengenalan atau masih merupakan pasar yang
baru muncul (mulai).
Walaupun Indonesia masih dalam tahap awal perkembangan pasar
internet, namun peningkatan jumlah pelanggan internet yang ada saat ini
menunjukan bahwa peluang pasar internet di Indonesia cukup besar. Memang
pada tahun 2001 terjadi kelesuan, namun itu bersifat sementara karena
efek dari krisis global yang sedang di alami, disamping pengaruh tragedy
penghancuran Gedung WTC sebagai simbul pusat perekonomian dunia. Efek
dan pengarih global ini bisa dilihat dengan penurunan jumlah registran
untuk domain id yang mencapai 17,9 % dari jumlah registran pada tahun
2000, yaitu dari angka 4264 registran turun menjadi 3501 registran.
Namun penurunan permintaan domain id tersebut tidak serta merta
berbanding lurus dengan pengingkatan jumlah pelanggan internet, karena
justru pada tahun 2001 persentasi jumlah pelanggan internet menunjukan
kenaikan angka yang sangat tinggi, yaitu 121%, dari 760000 pelanggan
meningkat menjadi 1680000 pelanggan.
Perkembangan tersebut juga telah menumbuhkan peningkatan jumlah
perusahaan penyedia jasa layanan internet / ISP (Internet Service
Provider), yang pada akhir tahun 2001 ini telah mencapai 68 ISP. Hal ini
menunjukan bahwa peluang pasar yang dilahirkan dari internet cukup
besar. Pada tahun 2001 memang secara global terjadi penurunan khususnya
di bisnis cyberspace ini, namun hal itu merupakan seleksi alam dimana
ternyata justru peningkatan layanan customer semakin meningkat, dan
menunjukan juga bahwa pemain bisnis yang tetap survive adalah para
pemain yang serius akan model bisnis yang dikembangkannya (berita
detik).
Namun disamping kondisi yang postitif di atas, pada pertengahan
kwartal pertama tahun 2002, terjadi fenomena menarik, karena sebuah
jaringn ISP terluas yaitu WasantaraNet telah menutup sebagian kantor
cabangnya. Kemudian berikutnya, disusul ISP yang memiliki jaringan luas
juga, yaitu MegaNet mengumumkan bahwa perusahaannya telah menutup semua
kantor operasionalnya. Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi
perkembangan akses informasi oleh masyarakat.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tidak beroperasinya kembali
sebagian kantor cabang ISP tersebut, dianataranya, karena alasan cost
perasionalnya yang terlalu tinggi, yang tidak bisa dipenuhi oleh
pendapatanya. Namun pada perkembangan terakhir disebutkan bahwa alasan
utamanya adalah karena persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh
TELKOM, dengan TelkomNet Instantnya.
Dari semua kondisi di atas, yang utama bagi user internet
Indonesia adalah akses yang murah dan cepat, sehingga mereka bisa
menikmati perkembangan teknologi informasi, terutama user internet di
tingkat masyarakat daerah. Semua itu akan terwujud jika pengambil
kebijkan di bidang ini bisa memiliki pandangan yang seimbang, baik dari
segi user internet (masyarakta), maupun dari segi perusahaan penyedia
jasa layanan internet dan teknologi informasi.
Sumber : http://www.goechi.com/newsletter.html